percobaan


Cerpen  
Amelia afifah

  Sholat Qodho adalah sholat yang harus di bayar sholatnya,
Atau harus mengqodhonya sholat yang di tinggalkan
Baik dengan sengaja dia meninggalkannya ataupun tidak,
Baik keadaan tidur ataupun terbangun, baik bepergian atau di rumah.
       Wajib baginya untuk mengqodho sholat yang di tingg- alkannya, Baik malam maupun siang. Sholat yang tertingg-alkan olehnya maka lakukan sholat Qodho.   

percobaan


Anakku harapanku

               
Asalamu’alaikum Wr.Wb.

Sebelum saya menceritakan tentang persiapan, kesan dan pesandalam acara pemberian nama anak kami yang kedua, yang berlangsung pada hari kamis 16 Juni 2011. Kami sekeluarga mengucapkan terimakasih kapada Abah Sulaiman Marzuqi sebagai guru dan orang tua ruhani kami dan juga umah yang berkenan menyiapkan nama buat anak permpuan kami. Tak lupa syukur Alhamdulillah kepada Allah swt. kini kami dikaruniai anak perempuan. Kemudian terimakasih kepada bapak-bapak dan ibu-ibu yang tinggal di Kunci Cahaya yang telah menyediakan segala perlengkapan demi acara pemberian nama anak kami.

Dalam pemberian nama anak kami yang kedua ini, kami sekeluarga tidak menyiapkan apa-apa, karena tempat berlangsungnya pun berada di Yayasan Kunci Cahaya. Bahkan nama untuk anak kami pun sudah dipersiapkan oleh Abah dan Umah, karena kami sebagai orang tua tidak mempersiapkan nama untuk anak kami. Semua keperluannya sudah dipersiapkan oleh Kunci Cahaya maka kami sekeluarga tinggal mengikuti acaranya saja. Acara kami sekeluarga ini terlaksana atas bimbingan Abah. Abah berkata; bahwa nabi saw. bersabda “menganjurkan agar bayi yang lahir ke dunia agar bayi yang lahir kedunia setelah berumur 7 hari, agar diberi nama, dicukur rambutnya, disunat bagi laki-laki, dan diAqiqahi. Maka setelah anak kami berumur 7 hari pesan nabi ini pun kami laksanakan. Dan saya sendiri sebagai orang tua dari si bayi yang langsung memberi nama untuk anak kami di hadapan bapak-bapak dan ibu-ibu sebagai saksinya. Anak kami adalah Nuruz Zakiyyah yang artinya Cahaya Wanita Suci.

يَابِنْتِي ! سَمَيْتُكِ بِنُوْرِ الزَّكِيَّة

Adapun pesan dari saya sebagai orang tua khususnya untuk anak kami tercinta. “Kini kau telah lahir ke dunia, jangan silau dengan gemerlapnya dunia. Jadilah wanita sholehah, taat terhadap Ahlul Bayit Nabi dan Para Imam Suci. Jadikanlah Sydah Fatimah az-Zahra sebagai figur dan teladanmu.

Acara pemberian nama yang diadakan di Kunci Cahaya selama saya mengikuti perjalanan Ahlul Bayit, adalah pengalaman pertama buat kami, dan Alhamdulillah saya sebagai orang tua si bayi  itu. Mudah-mudahan ini yang pertama namun bukan yang terakhir acara seperti ini diadakan di Kunci Cahaya.

Adapun kesan yang saya dapat dalam pemberian nama anak kami adalah; kami sekeluarga sangat berkesan, bagaimana saya seorang murid yang tidak ada kontribusinya untuk Kunci Cahaya, namun kami sekeluarga dianatr jemput dengan mobil Kunci Cahaya yang jaraknya ± 20 Km, tanpa mengeluarkan biyaya. Kekeluargaan Kunci Cahaya sangat tinggi. Dan juga yang terhormat Abah sebagai guru dan orang tua ruhani kami yang berkenan menyediakan nama buat anak kami dan berkenan membacakan ayat-ayat al-Quran dalam acara Marhabanan , sehingga acara sangat khitmat dan berkesan sacral.

Sekali lagi kami sekeluarga, mengucapkan banyak teriakasih kepada Abah sekeluarga dan Kunci Cahaya. Dan mohon doanya agar anak kami menjadi anak yang sholehah berpegak kepada moto Kunci Cahaya. “Ciptakan Manusia Suci berteladan Nabi dan Pewaris Suci”. Amien.

Sudah Benarkah Kita?


Ali bin Abi Thalib K.W. berkata

dalam Nahjul Balaghahnya.

“Awal (pangkal) Agama makrifat tentang-Nya”

Sudahkah kita mengenali siapa TUHAN dan diri ini?
Hingga pantaslah jika kita disebut beragama.

Happiness is inside Us

“ Happiness is inside Us”

All human want to  be happy, what kind of happiness were expecting by all human?

In his  journey, They have been looking for the solution to find it.

However, No one denying that happiness is inside Us ( Fitrah ).

The person who hasn’t reach those happiness, but assuming that he has found it. It must be not the real one.

So, the real happiness  is according to Fitrah.

Why can be that happened ? 

Setiap manusia, pasti ingin bahagia. Kebahagiaan mana yang benar-benar diinginkan manusia itu?

Dalam perjalanannya  manusia banyak yang mencari jalan untuk mendapatkan kebahagiaan itu.

Akan tetap dari perjalanannya itu tidak ada satupun yang membantahnya kalau kebahagiaan itu ada dalam fitrahnya.

Orang yang belum sampai pada kebahagiaan fitrah, seandainya mengatakan bahagia, pasti bahagianya semu.

Jadi bahagia yang sejati adalah bahagia yang berdasarkan fitrahnya.

Apa sebab?

Pemberian Nama Pada Bayi

Pemberian Nama Pada Bayi


16 Juni 2011 adalah malam istimewa buat keluarga KaCe khususnya Bapak Damio dan keluarga. Sebenarnya ada apa dengan malam jum’at itu. Iya, pada malam itu ada sebuah acara yang pertama kali diadakan di KaCe yang saya saksikan, yaitu acara 7 hari setelah kelahiran manusia baru ke Bumi. Apa saja yang terjadi dihari itu? Mari kita telusuri -1 H.

Pagi yang cerah. Mentari di ufuk timur pun mulai memperlihatkan senyumnya. Tidak ketinggalan, gerhana bulan ikut menjadi saksi. Sekitar jam 06.00 seokor kambing datang ke KaCe untuk  dijadikan hewan Aqiaqhnya putrinya Pak Damiyo.

Di dapur Umi Cs sibuk mempersiapkan untuk acara tar malam. Pak To Cs sibuk ngasah golok and pisau untuk menyembelih kambing tadi.

Sekitar jam 09.00, Abah sudah siap menyembelih hewan Aqiaqh tadi. Dibantu oleh Pak To, Pak Tohirin and mas Nana, akhirnya kambing pun dipotong dan langsung dibersihkan seperti biasanya oleh petugas yang biasa pula.

Sekitar jam 15.00 Mr. Saiful and Mas Nana menjemput rombongan yang punya hajat,  yaitu Pak Damiyo and keluarga dengan menggunakan mobil KaCe Suzuki cery. Rombongan tiba di KaCe sekitar jam 18.00. and langsung menuju ke posnya masing-masing.

Acara yang ditunggu-tunggu tinggal beberapa menit lagi. Ada yang mempersiapkan kitab berjanji, mempersiapkan sound, mempersiapkan ibu and bayi dan lain-lain. Setelah seluruhnya siap, acara dimulai. Dibuka oleh Abah kemudian pak Damiyo memberikan sambutan. Setelah selesai Abah memberikan keterangan “Nama seorang manusia itu diberikan oleh ayahnya pada hari ketujuh jadi sekarang sudah saatnya Pak damiyo memberikan nama anaknya.

Dihadapan para saksi keluarga besar KaCe Pak Damiyo dengan bimbingan Abah memberikan nama pada putrinya.

 يَابِنْتِي ! سَمَيْتُكِ بِنُوْرِ الزَّكِيَّة

Yang artinya: “Wahai anakku! Aku beri nama kamu dengan Nuruz Zakiyyah.”
“Nuruz Zakiyyah artinya Cahaya Wanita Suci” kata sang ayah.

Selesai sudah acara pemberian nama. Sekarang berlanjut keacara berikutnya, yaitu; membaca sholawat-shalawat dan doa-doa. Di tengah-tengah pembacaan sholawat diadakan pencukuran rambut si Bayi dan doa khusus yang diberikan Abah kepada saudari kami yang baru ini.

Singkat cerita acara pembanyaan doa telah selesai, dan masuk ke acara berikutnya, ramah tamah. Para jam’ah diberikan hidangan aqiqah yang tadi siang sudah dipersiapkan oleh team perdapuran.

Selesai sudah runtutan acara “7 hari dari kelahiran bayi” yang dilaksanakan di KaCe. Ini memang yang pertama, tapi bukan untuk yang terakhir.



Semoga saudari kami ini mejadi wanita yang sholehah, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kedua orang tua dan orang yang menyayanginya.

untuk membaca artikel kesaksian orang tua bayi silahkan klik di sini 

Anakku Harapanku

 

Anakku harapanku

               
Assalamu’alaikum Wr.Wb.


Sebelum saya menceritakan tentang persiapan, kesan dan pesandalam acara pemberian nama anak kami yang kedua, yang berlangsung pada hari kamis 16 Juni 2011. Kami sekeluarga mengucapkan terimakasih kapada Abah Sulaiman Marzuqi sebagai guru dan orang tua ruhani kami dan juga umah yang berkenan menyiapkan nama buat anak permpuan kami. Tak lupa syukur Alhamdulillah kepada Allah swt. kini kami dikaruniai anak perempuan. Kemudian terimakasih kepada bapak-bapak dan ibu-ibu yang tinggal di Kunci Cahaya yang telah menyediakan segala perlengkapan demi acara pemberian nama anak kami.

Dalam pemberian nama anak kami yang kedua ini, kami sekeluarga tidak menyiapkan apa-apa, karena tempat berlangsungnya pun berada di Yayasan Kunci Cahaya. Bahkan nama untuk anak kami pun sudah dipersiapkan oleh Abah dan Umah, karena kami sebagai orang tua tidak mempersiapkan nama untuk anak kami. Semua keperluannya sudah dipersiapkan oleh Kunci Cahaya maka kami sekeluarga tinggal mengikuti acaranya saja. Acara kami sekeluarga ini terlaksana atas bimbingan Abah. Abah berkata; bahwa nabi saw. bersabda “menganjurkan agar bayi yang lahir ke dunia agar bayi yang lahir kedunia setelah berumur 7 hari, agar diberi nama, dicukur rambutnya, disunat bagi laki-laki, dan diAqiqahi. Maka setelah anak kami berumur 7 hari pesan nabi ini pun kami laksanakan. Dan saya sendiri sebagai orang tua dari si bayi yang langsung memberi nama untuk anak kami di hadapan bapak-bapak dan ibu-ibu sebagai saksinya. Anak kami adalah Nuruz Zakiyyah yang artinya Cahaya Wanita Suci.
يَابِنْتِي ! سَمَيْتُكِ بِنُوْرِ الزَّكِيَّة

Adapun pesan dari saya sebagai orang tua khususnya untuk anak kami tercinta. “Kini kau telah lahir ke dunia, jangan silau dengan gemerlapnya dunia. Jadilah wanita sholehah, taat terhadap Ahlul Bayit Nabi dan Para Imam Suci. Jadikanlah Sayidah Fatimah az-Zahra sebagai figur dan teladanmu.

Acara pemberian nama yang diadakan di Kunci Cahaya selama saya mengikuti perjalanan Ahlul Bayit, adalah pengalaman pertama buat kami, dan Alhamdulillah saya sebagai orang tua si bayi  itu. Mudah-mudahan ini yang pertama namun bukan yang terakhir acara seperti ini diadakan di Kunci Cahaya.

Adapun kesan yang saya dapat dalam pemberian nama anak kami adalah; kami sekeluarga sangat berkesan, bagaimana saya seorang murid yang tidak ada kontribusinya untuk Kunci Cahaya, namun kami sekeluarga dianatr jemput dengan mobil Kunci Cahaya yang jaraknya ± 20 Km, tanpa mengeluarkan biyaya. Kekeluargaan Kunci Cahaya sangat tinggi. Dan juga yang terhormat Abah sebagai guru dan orang tua ruhani kami yang berkenan menyediakan nama buat anak kami dan berkenan membacakan ayat-ayat al-Quran dalam acara Marhabanan , sehingga acara sangat khitmat dan berkesan sacral.

Sekali lagi kami sekeluarga, mengucapkan banyak teriakasih kepada Abah sekeluarga dan Kunci Cahaya. Dan mohon doanya agar anak kami menjadi anak yang sholehah berpegang kepada moto Kunci Cahaya. “Ciptakan Manusia Suci berteladan Nabi dan Pewaris Suci”. Amien.

Wassalam
Kami yang berbahagia












Benarkah Tuhan itu "ADA"

 
 
Benarkah Tuhan itu "ADA"

      Ada sebuah cerita tentang persoalan tersebut. Yaitu terjadinya sebuah diskusi antara seorang tokoh Muslim dengan sekelompok orang-orang kafir yang tidak mempercayai adanya Tuhan (orang-orang atheis).

Begini ceritanya:

Ada sekelompok orang kafir yang tinggal di suatu daerah, mereka semua berpendapat, bahwa alam semesta ini tidak ada penciptanya, alias jadi dengan sendirinya.

Kata mereka: “Orang-orang yang mengatakan bahwa alam semesta ini ada yang mencipta, adalah orang-orang yang bodoh dan tolol, yang tidak mau berfikir secara rasional; sebab, pada kenyataannya, jika anggapan mereka itu benar, lalu kenapa mereka tidak mampu membuktikan secara rasional, dimana dan bagaimana sang pencipta (Tuhan) yang diyakininya itu?. Karena itu, sebenarnya Tuhan yang mereka anggap ada itu adalah hasil dari hayalan atau imajinasi mereka saja.”

Akan tetapi, ketika mereka mendengar adanya seorang tokoh Muslim yang sering mendakwahkan agamanya, dan mengatakan bahwa dunia ini ada yang mencipta, maka mereka sepakat untuk mengundangnya dan mengajaknya berdialog tentang persoalan Tuhan yang diyakini adanya oleh si Muslim tersebut. Mereka telah berencana, bahwa dengan jalan dialog tersebut mereka dapat menjatuhkan pendapat si Muslim di hadapan orang banyak.

Dan akhirnya, keduanya bersepakat untuk menentukan hari dan tempat yang akan digunakan untuk berdialog tersebut, yaitu di sebuah pendopo yang terletak di daerah di mana para orang-orang kafir itu tinggal.

Begitu hari dan waktu yang telah ditentukan tiba, orang-orang kafir tersebut telah siap dan berkumpul di tempat yang sudah ditentukan itu. Mereka telah berhari-hari menyiapkan diri untuk menghadapi dialog tersebut. Mereka menunggu dengan perasaan yang berdebar-debar dan sedikit tegang. Namun, perasaan itu tak terobati juga, karena orang yang mereka tunggu-tunggu itu sungguh tak kelihatan batang hidungnya.

Sungguh lama sekali mereka menunggu. Saking lamanya, salah satu dari mereka sudah tidak tahan lagi untuk menunggu. Maka ia pun berkata dengan kesalnya: “Apakah ini merupakan kebiasan orang-orang kotor yang tidak berakal itu …!?, yang biasanya hanya membuang-buang waktu dengan sia-sia saja … !?.”

Rupanya, kata-kata orang ini memancing kemarahan orang yang duduk di dekatnya. Dan kontan saja, ia pun lalu menimpali perkataannya dengan lantang: “Sungguh!, ini merupakan tipu daya!. Rupanya si Muslim itu merasa tidak sang -gup untuk mempengaruhi kita, sebab, kita adalah orang-orang yang berakal, tidak seperti orang-orang kotor dan bodoh yang selama ini dapat di pengaruhi olehnya!.”

Akibat dari ucapan dua orang tersebut, maka para hadirin betul-betul terpancing kemarahannya. Mereka sudah kesal dibuatnya. Dan, betul saja, dalam keadaan yang begitu singkat, ruangan dalam pendopo yang mereka tempati itu telah dipenuhi oleh kata-kata umpatan dan ejekan. Bahkan sebagian dari mereka sudah bersiap-siap untuk meninggalkan tempat tersebut.

Akan tetapi, sekonyong-konyong umpatan dan keributan itu berhenti seketika, karena telah terlihat sesosok tubuh yang mendekati mereka, dan memasuki ruangan tersebut. Yang kemudian, sebentar tampak sunyi.

Dan selanjutnya, dengan tanpa dikomando, secara serempak mereka berkata: “Hai pembohong …!, penipu …!”, dan kata-kata kotor lainnya.

Di antara mereka, ada seorang tua yang sudah hampir putih semua rambutnya. Ia duduk di kursi paling depan. Ia memang nampak lebih sabar dari yang lainnya. Rupanya, dialah pemuka yang dihormati di kalangan orang-orang kafir itu.

Karena khawatir akan terjadinya sesuatu hal yang tidak diinginkan, maka dia segera berdiri dan menenangkan para hadirin. Memang, dia nampak berwibawa, sehingga suasana kembali menjadi tenang, dan orang-orang itu pun kembali dan duduk di kursi mereka masing-masing.

    Setelah semuanya tenang, maka sang pemuka itu menoleh kepada orang yang baru datang tadi sambil berkata: ”Hai orang Muslim!, engkau bukan menghadapi orang-orang yang konyol sepertimu, yaitu orang-orang yang tidak beradab dan tidak berakal, serta tidak menghormati waktu. Sungguh, kami sangat sedih dan kesal menunggu kedatanganmu yang ternyata telah membuang-buang waktu saja, yang bagi kami, waktu adalah sangat berharga. Kami berharap, bahwa ajaranmu yang satu ini, yaitu tidak tepat waktu, jangan sekali-kali diterapkan di tengah-tengah kami, karena kami adalah orang-orang yang menghormati waktu dalam hidup ini!.”

Tak lama kemudian, sang tokoh Muslim tersebut menjawab: ”Saudara-saudara sekalian yang kami hormati, kami juga merasa bersedih atas kejadian ini, kenapa kok harus terjadi?. Sebab, keterlambatan dan tidak tepat janji adalah merupakan sesuatu yang amat dicela dalam ajaran agama kami, yaitu Islam.

Hampir serentak dan sambil dibarengi gelak dan tawa, orang-orang kafir itu mencemooh si Muslim tersebut.  Mereka berkata: ”Bohong …!, jangan percaya …!. Dasar penipu ….!.”

Rupanya, Pak tua tadi agak naik pitam. Kemudian dia berkata: ”Bagaimana anda dapat mengatakan hal itu hai orang Muslim…!!!, sedang pada kenyataannya, hal itu banyak dilakukan oleh orang-orang Muslim sendiri…!!!; dan yang sangat mengherankan lagi adalah, bahwa anda sendirilah sebagai pelakunya…!!!.”

Perkataan Pak tua ini disambut dengan gelak dan tawa oleh para hadirin, yang memang mereka merasa berada di atas angin.

Si tokoh Muslim tersebut lalu menjawab: ”Anda sekalian hanya dapat menjumpai kejadian tersebut pada perbuatan-perbuatan sebagian dari kaum Muslimin, tapi bukan pada ajaran Islam. Maka dari itu, siapa pun yang sengaja melakukan yang demikian itu, ia akan mendapat dosa dan celaan. Sungguh, perbuatan mereka itu, di samping merugikan mereka sendiri, juga merugikan agama mereka. Akibatnya, orang-orang yang bukan Muslim, yang pendek penalarannya ter -hadap Islam, akan mengira, bahwa hal itu adalah salah satu dari ajaran Islam. Sehingga dengan jalan itu, mereka mendapat kesempatan untuk menghujat Islam. Tapi sayang, mereka yang menghujat itu kurang jujur, sehingga berusaha memasukkan ke dalam akal mereka apa-apa yang memang tidak masuk akal. Sebab, mana mungkin ajaran agama yang mestinya mengajarkan kebaikan kok mengajarkan kebohongan. Sung -guh, pandangan itu adalah pandangan yang mainmain. Sebab, jika ingin melihat Islam dengan sungguh-sungguh, maka mereka harus menelaah Islam itu sendiri, dan harus dari dalam. Artinya, mereka harus melihat ajarannya, bukan melihat perbuatan sang pemeluknya, khususnya perbuatan-perbuatan yang tidak baik!.”

      Rupanya, secara diam-diam, hati kecil mereka menyadari kebenaran kata-kata si Muslim itu, walaupun hal itu merupakan pukulan balik dari apa-apa yang mereka hujatkan pada si Muslim tersebut.

Seseorang di antara mereka tidak tahan lagi untuk tidak angkat bicara. Maka dari itu, ia pun lalu berdiri dan berkata dengan agak menyindir: “Baiklah, anda telah mengadakan satu pembelaan bagi mereka dengan sesuatu yang nampak masuk akal. Akan tetapi, bagaimana anda dapat membela keterlambatan anda ini …!?.”

Dia berkata demikian sambil wajahnya menoleh ke kanan dan ke kiri, sambil menahan tawa. Dan sudah barang tentu, ketika ia selesai mengucapkan kata-katanya tadi, para hadirinpun menyambutnya dengan gelak dan tawa. Sebab, mereka kembali merasa mendapat angin setelah serangan mereka yang pertama terasa tumpul dan membalik.

    Setelah mereka berhenti tertawa, maka kemudian si Muslim itu menjawab: “Saudara-saudara sekalian, adapun sehubungan dengan keterlambatan kami ini, maka kami pun sesungguhnya tidak menghendakinya. Namun, apa boleh buat, kenyataanya memanglah demikian. Kami telah dihadapkan kepada suatu kenyataan yang membuat terpaksa kami terlambat hadir di pendopo ini, yaitu tidak adanya perahu penyeberangan yang dapat menyeberangkan kami dari pinggiran daerah kami ke wilayah ini. Sebab, sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa daerah kami dan daerah ini, dipisahkan oleh sungai yang cukup besar dan berbahaya. Kami mencari perahu agar dapat mengantarkan kami ke sini; akan tetapi, hingga sekian lama, tidak ada satupun perahu yang melintas di hadapan kami. Namun demikian, kami tetap menunggu dengan sabar di pinggir sungai itu, bahkan hingga lama sekali. Dan tiba-tiba, sebuah pohon besar yang ada di pinggir sungai itu bergoyang dengan kerasnya, dan kamipun lari untuk menjauh darinya. Dari kejauhan kami memandangi pohon tersebut. Kemudian, tiba-tiba pohon tersebut tumbang, lalu terpotong-potong dengan sendirinya, lalu terbelah -belah dengan sangat teraturnya, dan akhirnya menjadi lempengan-lempengan papan. Dan papan -papan tersebut antara satu sama lain saling menempel dengan eratnya, sehingga membentuk lah sebuah perahu kecil. Nah, saat itulah, kami ingat tentang janji kami pada saudara-saudara sekalian untuk bertemu di tempat ini, maka kami gunakanlah perahu kecil tersebut untuk menye -berangi sungai besar itu, hingga sampailah kami di sini.”

      Mendengar alasan si Muslim itu, orang-orang kafir tersebut tertawa terpingkal-pingkal. Mereka merasa, bahwa cerita si Muslim itu adalah ceritanya orang yang tidak waras. Dan pak tua itu pun sangat tersinggung, karena ia merasa diper -mainkan oleh si Muslim tadi. Maka ia pun berdiri lagi dan berkata dengan lantangnya: “Hai orang Musliiiiim…!!!. Apakah kami datang dan menunggumu di sini dengan begitu lama, hanya untuk mendengarkan alasanmu yang gila ini …!!!???.”

Si Muslim balik bertanya: “Apa…!?, giiila …!?.”

Pak tua itu tambah naik pitam, karena si Muslim berlagak pilon. Kemudian ia bertanya: “Apa kamu belum menyadari tentang ceritamu yang gila ini …!!!???.”

Si Muslim itu menjawab: “Aku belum tahu dan belum faham apa yang anda maksudkan dengan cerita gilaku …!?.” Lagi-lagi si Muslim itu bertanya.

Pak tua itu sudah hilang kesabarannya, maka ia berteriak sambil berkata: “Hai orang bodoooh …!!!. Apa ada perahu yang jadi sendiri ...!!!???. Hanya orang gila saja yang percaya pada ceritamu ini ...!!!???. Apa kamu ingin mengajak kami semua gila seperti kamu ...!!!???.”

Si Muslim itu tidak segera menjawab, sebab suasana di pendopo tersebut menjadi gaduh dan kacau, ada yang memaki-maki dan ada pula yang tertawa terpingkal-pingkal. Dan setelah keadaannya agak tenang, maka si Muslim itu mengeluar -kan jurus pamungkasnya, yang telah dipersiapkan olehnya sejak dari awal.

     Ia kemudian berkata: “Saudara-saudara sekalian. Baiklah, anda menertawakan kami, anda memaki-maki kami dan mengatakan bahwa kami sudah gila, hanya karena kami mengatakan bahwa ada sebuah perahu kecil yang jadi dengan sendirinya. Nah, sekarang kami akan bertanya kepada anda sekalian, dan tolong dijawab. Jika mempercayai sebuah perahu kecil yang jadi dengan sendirinya adalah merupakan suatu kegilaan, maka apakah mempercayai alam semesta yang luas, besar dan teratur ini, jadi dengan sendirinya, tanpa ada yang mencipta, sebagaimana yang anda sekalian yakini selama ini, bukankah hal ini malah merupakan sesuatu yang lebih gila …!?. Menurut kami, hal yang demikian ini, adalah lebih gila dan benar-benar perlu ditertawakan!.”

Sejenak suasana menjadi sunyi, sebab mereka sedang berpikir; dan di antara mereka, kelihatan ada yang manggut-manggut. Rupanya, mereka sudah mulai memahami arah pembicaraan si Muslim itu. Dan akhirnya, mereka merasa, bahwa selama ini mereka berada dalam kesalahan, yang sebenarnya mudah untuk dilihat dan dikoreksi. Sebagian besar dari mereka diam. Mereka merasa kagum juga terhadap kecerdikan si Muslim ini. Akhirnya, mereka menanyakan tentang ajaran Islam yang sebenarnya kepada sang tokoh Muslim tersebut.